Jakarta Disesaki 11,6 Juta Ranmor

Posted by real application On Jumat, 29 Oktober 2010 0 komentar
Jakarta Disesaki 11,6 Juta Ranmor
Catatan Polda Metro Sampai September 2010

  
RMOL.Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berpikir keras untuk mengatasi meningkatnya volume kendaraan yang dituding sebagai biang kerok terjadinya kemacetan selama ini.
Setiap bulannya jumlah ken­daraan bermotor terus ber­tam­bah. Tengoklah catatan Di­rektorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya per September lalu yang menyebutkan total ken­da­raan se-wilayah Jakarta sudah mencapai 11.657.402.
Dari jumlah tersebut ken­daraan jenis sepeda motorlah yang paling banyak 8.484.384, mengalahkan jenis kendaraan lainnya seperti kendaraan penum­pang 2.285.802, Beban 564.776, atau Bus yang hanya 322.440,
Juru Bicara Pemerintah Pro­vinsi (Pemprov) DKI , Cucu Ah­mad Kurnia mengakui, me­ning­katnya volume kendaraan men­jadi salah satu penyebab utama kemacetan. Tapi lemba­ganya ha­nya bisa berusaha untuk me­lakukan pengurangan peng­gunaan kendaraan setiap harinya.
“Walaupun masalah kemace­tan semakin gawat, tapi kita tidak mungkin melarang orang untuk membeli kendaraan. Kita hanya bisa  berusaha membatasi penggunaan kendaraan terse­but,” katanya kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Untuk mengatasi kemacetan, kata dia, Pemprov DKI Jakarta telah menyusun beberapa pro­gram transportasi makro, yaitu pembatasan penggunaan ken­daraan bermotor, meningkatkan transportasi publik, dan ber­usaha melebarkan ruas jalan.
Kalau sebelumnya hanya 6,2 persen, tahun ini akan coba diting­katkan lagi menjadi 12 persen.
Dijelaskan, untuk mengu­rangi penggunaan kendaraan, se­lain penerapan sistem ka­wasan wajib berpenumpang “3 in One”, Pemprov DKI Jakarta berencana me­nerap­kan sistem ERP (Elec­tronic Road Pricing), yaitu sebuah sistem dimana saat memasuki sebuah kawasan ERP, pe­ngendara harus membayar tarif tertentu, layaknya seperti  memasuki jalan Tol.
“Singapura dan Inggris telah menerapkan sistem ini. Se­dangkan  kita masih mem­pe­lajarinya, karena kondisinya berbeda,” ujarnya.
Menurut Cucu, lembaganya berencana membuat sebuah jalur untuk MRT (Mass Rapid Transit), sebagai salah satu solusi alternatif pembatasan peng­gu­naan kendaraan pribadi. “Tahun depan mulai dilakukan lelang. Rencananya tahun 2012 mulai dibangun, dan tahun 2016 sudah bisa digunakan,” ungkapnya.
Dengan berbagai strategi yang dianggapnya jitu itu, Cucu optimis Pemprov DKI mampu mengatasi kemacetan. Ma­kanya, dia tidak mempersoalkan ada­nya wacana gugatan class action.
“Sejak mulai menjabat, Bang Foke telah memiliki Rencana Jangka Menengah (RJM) untuk mengatasi kemacetan. Tapi saat waktunya habis selesai, tidak otomatis bisa teratasi 100 persen. Diperlukan kerja sama dari semua pihak. Jadi kalau ada yang mau class action, silahkan saja,” pungkasnya.
Cucu menduga, kemacetan Jakarta selama ini antara lain disebabkan arus kendaraan yang berasal dari daerah lain seperti Depok, Bekasi, dan Bogor. “Se­lama ini kita sudah berusaha men­jalin komunikasi dengan me­reka, tapi belum mem­buahkan hasil yang berarti,” katanya.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya, Kombes Pol Boy Rafi Amar mengatakan, peningkatan, jum­lah kendaraan bermotor dari tahun ke tahun mencermin tingginya daya beli masyarakat setiap tahunnya.
“Itu dampak dari kesuksesan pembangunan. Kalau soal masalah kemacetan ataupun tingginya tingkat kecelakaan, itu adalah hal yang sulit dihindari 100 persen. Sebab semua hal pasti ada dampaknya,” katanya.
Menurut Boy, Setiap harinya Polda Metro selalu menem­patkan aparatnya di titik-titik rawan kemacetan, dan kece­lakaan. Hal itu terbukti dari banyaknya laporan dari hasil pantauan kondisi jalanan ke TMC (Traffic Management Center) Polda Metro Jaya.
“Di websitenya ada laporan keadaan terkini, seperti dimana yang macet, dimana ada kece­lakaan, dan kita cepat me­responnya,” terangnya.
Selain kemacetan, lanjutnya, yang sedang diupayakan Polda Metro Jaya adalah memberantas kejahatan curanmor (pencurian kendaraan motor). “Tingkat kejahatan curanmor masih tinggi. Kita selalu melakukan pemantauan,” tuturnya.
Juru bicara Yamaha Indo­nesia, Indra Dwi Sunda me­ngatakan, lembaganya akan mematuhi apapun kebijakan pemerintah yang dikeluarkan untuk mengatasi kemacetan.
“Pihak Yamaha mengikuti apapun peraturan yang dicip­takan pemerintah, karena ini mungkin erat kaitannya dengan perbaikan kondisi yang ada saat ini,” katanya.
Gimana Mau Naik Bus Kalau Nggak Nyaman
Tri Cahyono, Pengamat Transportasi UI
Pengamat transportasi dari Universitas Indonesia (UI) Tri Cahyono menilai, belum ter­pe­cahkannya masalah kemacetan di Jakarta, karena pemerintah pu­sat dan provinsi tidak serius me­nanganinya.
“Komitmen mereka kurang serius, kalau ada rencana wak­tunya harus tepat, jangan didiam­kan saja. Contohnya, pem­ba­ngunan koridor busway IX dan X. Sudah dibangun, tapi busnya sampai sekarang nggak ada. Pemerintah pusat juga harus bekerja sama dengan Pemprov se-Jabodetabek, “ katanya, kemarin.
Meningkatnya volume ken­daraan, kata Tri, bukan salah ka­langan industri, karena ma­syarakat tidak akan membeli bila fasilitas trasnportasi umum sudah memadai. “Yang harus dibatasi adalah penggunaan kendaraan­nya, bukan penjua­lan­nya,” ujarnya.
Menurutnya, pembenahan tran­sportasi umum adalah hal yang paling utama untuk mencegah kemacetan di Jakarta.
“Masyarakat sekarang ini nggak ada pilihan, tran­spor­tasinya juga nggak beres. Busway atau kereta api juga ber­masalah, bagaimana me­reka mau beralih kalau nggak nya­man,” ucapnya.
Bukan Jakarta Saja Yang Harus Disalahkan...
Lulung Lunggana, Wakil Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta
Bila Pemerintah Daerah Ja­karta, Bogor, Tangerang, Be­kasi, dan pemerintah pusat ba­hu membahu atasi ke­macetan yang terjadi di ibu kota, maka  pasti jalanan di ibu kota lancar.
“Kemacetan bukan tang­gung­­ jawab Pemprov DKI Jakarta saja. Tapi  pemerintah pusat, Pemda De­pok, Ta­nge­rang, juga harus be­kerja sama untuk mengatasinya,” kata Wakil Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta, Lulung Lung­gana, kemarin.
Dikatakan, untuk membatasi jumlah kendaraan bisa diterap­kan aturan pemisahan waktu dan tempat penggunaan ken­daraan didasarkan pada plat no­mor polisi ganjil genap se­cara bergantian. “Hari ini khusus kendaraan plat polisi nomor genap, besok baru plat nomor ganjilnya,” ucapnya.
Menurutnya partisipasi dan kesadaran dari masyarakat juga  memainkan peranan penting untuk mengatasi kemacetan dan pembe­nahan transportasi umum. [RM]

0 komentar to Jakarta Disesaki 11,6 Juta Ranmor

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.