Posted by real application
On
Senin, 04 Oktober 2010
| |
| OPINI PUBLIK |
| Tajuk Rencana: Kecelakaan Kereta Api Seolah Tradisi |
 |
04/10/2010 05:10:50 LAGI-LAGI kecelakaan kereta api (KA). Kali ini terjadi di Pemalang, Jawa Tengah. KA Eksekutif Argo Anggrek jurusan Jakarta-Surabaya menabrak bagian belakang KA Bisnis Senja Utama jurusan Jakarta-Semarang. Sebanyak 36 penumpang tewas dan puluhan lainnya luka berat dan ringan. Pada hari yang sama, di Solo juga terjadi kecelakaan KA. Gerbong belakang KA Gaya Baru Malam diserempet KA Eksekutif Bima. Seorang tewas, 4 lainnya cedera.
Seperti biasa, Menteri Perhubungan atas nama pemerintah meminta maaf atas terjadinya kecelakaan transportasi massal itu. Seraya berjanji akan melakukan evaluasi dan perbaikan kinerja sehingga kecelakaan serupa tidak terjadi lagi. Sementara melalui jurubicara kepresidenan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan menteri terkait dan jajaran Direksi PT KAI mengusut tuntas peristiwa maut tersebut.
Di antara kita tentu ada yang menengarai pernyataan para pejabat itu sekadar lip service. Hanya berfungsi sebagai pemanis bibir atau basa-basi dalam kerangka menghibur keluarga para korban. Sebatas menabur janji kepada masyarakat untuk melakukan perbaikan kinerja. Buktinya, kecelakaan KA dalam berbagai ragam dan bentuknya selalu terulang dan terulang. Secara pukul rata, setiap tahun tidak kurang dari 100 kali kecelakaan KA di berbagai tempat.
Dalam setiap peristiwa kecelakaan transportasi — darat, laut dan udara — secara garis besar disebabkan salah satu dari dua faktor. Pertama, karena faktor manusia (human error), atau faktor teknis (technical error). Atau malah karena faktor keduanya. Kita belum tahu faktor apa yang dominan dalam terjadinya kecelakaan KA di Pemalang itu.
Tentu kita sangat sedih dan merasa pilu mengapa kecelakaan transportasi darat, laut, dan udara silih berganti terjadi di negeri ini. Sepertinya kecelakaan itu sudah mentradisi. Tidak ada bulan atau tahun yang tidak diwarnai peristiwa kecelakaan, yang tidak jarang memakan korban jiwa manusia dalam jumlah puluhan hingga ratusan. Mengapa seakan terkesan tidak ada upaya menghentikannya, atau paling tidak meminimalisasinya. Mengurangi secara signifikan frekuensinya, sehingga tidak terlalu banyak nyawa manusia yang melayang sia-sia.
Tidak bisa tidak! Kementerian Perhubungan harus melakukan evaluasi menyeluruh dan super serius terhadap sarana-sarana transportasi dan mekanikanya, berikut manusia yang mengoperasikannya. Dari evaluasi itu kita berharap akan diketahui secara pasti beragam kelemahan atau kesalahan, yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan perbaikan peralatan maupun kinerjanya. Sebab kalau tidak, peristiwa kecelakaan demi kecelakaan beragam moda transportasi akan selalu terulang dan terulang dalam batas waktu yang panjang. q - k. |
|
 |
|
0 komentar to Kecelakaan Kereta Api Seolah Tradisi