Ponten Foke Cuma 5 Tiga Tahun Dipimpin “Ahlinya” Jakarta Tidak Lebih Baik

Posted by real application On Senin, 11 Oktober 2010 0 komentar
Ponten Foke Cuma 5
Tiga Tahun Dipimpin “Ahlinya” Jakarta Tidak Lebih Baik
Senin, 11 Oktober 2010 , 07:17:00 WIB

  
RMOL. Kamis (7/10), Fauzi Bowo genap tiga tahun menjadi orang nomor satu di ibukota Jakarta. Namun selama kurun waktu tersebut menjadi gubernur, nyaris tak ada perubahan berarti di Jakarta. Ibukota makin macet, banjir dimana-mana dan penataan kota tetap berantakan.

Bisa dibilang, kepemimpinan Fauzi Bowo dan Wagub Prijanto nyaris tak beda dengan pemerin­tahan sebelumnya.

   “Selama ke­pe­mimpinannya ti­dak ada yang spesial. Biasa-biasa saja. Kalau di­ponten, kira-kira nilainya kisa­ran 5-6. Cukup fair rasanya mem­berikan angka ter­sebut buat me­reka. Sebab, tidak ada kebijakan membanggakan se­lama tiga ta­hun ini,” ujar Direktur Lemba­ga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta Nurkolis Hidayat.

Terkait kebijakan dan angga­ran, menurutnya, Pemerintah Pro­­vinsi (Pemprov) DKI Jakarta tidak transparan dan cenderung selalu merugikan masyarakat kelas bawah. “Seperti politik penggu­su­ran yang sampai seka­rang tidak pernah berubah. Ma­syarakat digusur paksa. Begitu juga pe­ngadaan rumah susun yang per­untukannya tidak tepat sasaran,” tandasnya.

Masalah penggusuran, jelas Nurkolis, Pemprov DKI seharus­nya terlebih dulu melakukan pen­­dekatan sistematis. Jangan lang­sung memberikan waktu jeda penggusuran.

“Satpol PP seharus­nya diubah untuk me­ngu­rangi konflik ter­buka yang terjadi aki­bat peng­gusuran pak­sa. Harus ada ke­bijakan yang lebih ber­keadilan,” ujarnya.

Sementara slogan kampanye pasangan Foke-Prijanto “Jakarta Untuk Semua” juga dia nilai hing­ga kini belum ter­wujud. Sebab, menurutnya, Foke lebih senang datang ke kelom­pok-ke­lompok kontroversial. Belum menjangkau semua ke­lompok.

Namun, Nurkolis berpenda­pat, pemerintahan Foke, sapaan Fauzi dengan Prijanto punya sisi positif dalam hal ke­bijakan dan angga­ran pendi­dik­an. Anggaran pendi­dikan naik jadi 37 persen.

“Ini bagus dari sisi policy dan ang­garan, tapi sayang tidak di­ikuti monitoring yang baik. Ka­mi di LBH banyak menerima kom­plain dari asosiasi guru dan orang tua,” ujarnya.

Pengamat perkota­an Yayat Supriatna mengatakan, realisasi program pembangunan yang ada saat ini belum mencer­minkan gu­­bernur bisa memberi garansi ke­pada warganya bahwa berba­gai masalah mampu diatasi.

Setidaknya, jelas Yayat, ada ti­ga faktor yang jadi akar masalah roda pembangunan Jakarta yang terkesan jalan di tempat. Ketiga faktor itu adalah urbanisasi tak terkendali, dualisme sistem biro­krasi, dan kapasitas kelemba­gaan atau sumber daya manusia yang tidak memadai.

“Lonjakan jum­lah penduduk ibukota yang resmi terdaftar atau­pun tidak sulit diprediksi. Ba­dan Pusat Statistik (BPS) me­nyatakan jumlah pen­duduk DKI pada 2020 menca­pai 11 juta orang. Padahal faktanya seka­rang saja yang ber­aktivitas di Jakarta sudah 9-10 juta orang,” tukas Yayat.

Tentu saja, lanjutnya, kota dituntut memenuhi kebutuhan semua orang yang beraktivitas di dalamnya. Tidak bisa hanya ber­sandar pada hitungan penduduk resmi alias warga berkartu tanda penduduk (KTP) DKI.

Yayat menegaskan, sulit mela­kukan penataan trans­portasi mas­sal, pembenahan per­muki­man, hingga antisipasi ban­jir bisa op­timal ketika dasar data kepen­dudukannya saja tidak valid.

Direktur Eksekutif Masyarakat Peduli Pembangunan Jakarta (MPPJ) Arman Zakaria menilai, berbagai kritikan, saran dan pan­dangan dari berbagai pihak me­rupakan masukan ber­harga un­tuk mengevaluasi perio­de ter­sebut. Untuk sekarang, me­mang masih ada dua yang mesti dieva­luasi. Yaitu memperbaiki yang belum tercapai dan mening­kat­kan apa yang sudah tercapai.

Agar pencapaian suatu pe­ren­ca­naan efektif, pembenahan re­for­masi birokrasi dan admi­nis­­trasi kepegawaian perlu dilaku­kan. Jika itu terpenuhi, aparat Pemprov DKI nantinya akan bisa melayani kepentingan pub­lik secara efektif.

“Untuk mencipta­kan sistem pelayanan terbaik buat masya­rakat, tidak akan berjalan mulus jika birokrasi, adminis­trasi, dan profesionalisme belum tercipta dalam diri tiap individu,” ujar Arman.   [RM]
Share |

Baca juga:

Bang Kumis Ogah Ngomong Soal Kemacetan
Pemprov DKI Memeras Warga
Parkir Liar Ditertibkan Mulai Pekan Depan
Nasib Nelayan DKI Sudah Senen-Kemis
Kebijakan Pemprov Cuma Pro Orang Kaya

0 komentar to Ponten Foke Cuma 5 Tiga Tahun Dipimpin “Ahlinya” Jakarta Tidak Lebih Baik

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.