Awas, Triliunan Dana Buat Banjir & Macet Menguap

Posted by real application On Minggu, 07 November 2010 0 komentar
Awas, Triliunan Dana Buat Banjir & Macet Menguap
Terlalu... Pemprov DKI Tak Punya Solusi Tepat Atasi Problema Ibukota

  
RMOL. Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD) DKI Jakarta 2011 direncanakan memakan biaya sebesar Rp 27,95 triliun atau naik 4,65 persen. Sayangnya, dari dana sebesar itu, Pemprov DKI belum memiliki anggaran jelas dalam mengatasi kemacetan dan banjir di ibukota. Dikhawatirkan, uang itu bakal menguap.

Menurut Sekjen Forum Indo­nesia untuk Transparansi Ang­garan (Fitra) Yuna Farhan, ter­lihat jelas Pemprov DKI Jakarta belum memiliki solusi tepat un­tuk melepaskan diri dari masa­lah banjir. Padahal, anggaran yang dialokasikan APBD untuk me­ngatasinya sangat besar dan fan­tastis. Bahkan terus naik dari ta­hun ke tahun.

Untuk 2008 saja, ungkap Yuna, anggaran pengendalian dan pe­nanganan banjir DKI mencapai Rp 916,36 miliar, lalu pada 2009 menembus angka Rp 1,08 trilun. Bahkan pada 2010 terus naik men­jadi Rp 1,34 triliun.

Berdasarkan hasil penelitian Fitra terhadap anggaran pe­ngen­­­da­lian atau penanganan banjir di DKI, dinas yang me­miliki kewe­na­ngan pa­ling ba­nyak dan menda­patkan porsi anggaran paling besar pada 2010 adalah Dinas Pekerjaan Umum dengan total Rp 970 miliar.

Sebagian besar anggaran itu digunakan untuk pemeliharaan dan operasional infrastruktur, be­rupa pengerukan saluran, perbai­kan dan pemeliharaan. Menurut Yuna, penanganan banjir tidak di­tentukan besar kecilnya angga­ran, tetapi bagaimana Pemprov DKI mencari langkah, upaya, dan cara-cara yang lebih efektif.

“Seharusnya Pemprov DKI segera melakukan evaluasi untuk mencari penyebab atau akar ma­salah. Jika tidak, uang triliunan rupiah yang terus dikucurkan dari tahun ke tahun akan menguap begitu saja dan tidak jelas digu­nakan untuk apa,” sentilnya.

Seperti diketahui, RAPBD DKI Jakarta 2011 direncanakan me­makan biaya sebesar Rp 27,95 triliun atau naik 4,65 per­sen di­ban­ding Anggaran Penda­patan Belanja Daerah Perubahan (APBD-P) 2010 sebesar Rp 26,71 triliun. Sayangnya, dari da­na sebesar itu, Pemprov DKI be­lum memiliki tujuan jelas dalam me­nga­tasi kemacetan dan banjir di ibukota.

Kepala Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) DKI Jakarta Sarwa Handayani misalnya, me­ngaku belum memiliki data pasti mengenai kedua perma­salahan ter­sebut. Menurutnya, penetapan dan perencanaan anggaran macet dan banjir harus dibicarakan oleh semua pihak, termasuk Polda Me­tro Jaya. Sebab, dari anggar­an tersebut, harus direncanakan me­ngenai infrastruktur, bus dan traf­fic management-nya.

“Itu (banjir dan macet) me­mang program utama Jakarta. Sa­yangnya, kami belum bisa me­nyam­paikan berapa angkanya se­cara utuh. Tapi kami bisa sam­paikan, untuk banjir pada tahun berjalan sekitar 5 persen dari total RAPBD. Anggaran un­tuk kema­cet­an akan lebih besar dari banjir, tapi kami belum bisa menyam­pai­kan jumlah angkanya secara pasti,” katanya, saat dite­mui di Balaikota, Jakarta, baru-baru ini.

Namun, Handayani berkilah, meski RAPBD belum memiliki anggaran pasti, Pemprov akan terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan sarana dan prasarana transportasi massal yang murah, aman dan nyaman.

Untuk itu, pada 2011 hingga 2012 mendatang, Pemprov DKI Ja­karta kembali menegaskan ko­­mit­­mennya untuk fokus me­ning­katkan standar pelayanan mini­mal (SPM) serta penataan fasili­tas dan sarana busway.

Peningkatan SPM busway an­tara lain dengan melakukan pe­nambahan armada, sterilisasi ja­lur busway, perbaikan halte, per­baikan jalur busway dan per­bai­kan jembatan penyeberangan hing­ga penyediaan feeder. Ditar­getkan, peningkatan SPM akan berlangsung selama dua tahun ke depan, sehingga pada 2012 men­datang akan ada pe­nambahan hingga Koridor XII.

“Dari hasil evaluasi, kita me­lihat kemampuan kita. Salah sa­tunya kemampuan anggaran dae­rah. Sehingga diputuskan kita bangun 12 koridor busway saja, dari rencananya 15 koridor bus­way,” ucap Handayani.

Untuk anggaran 2011, lanjut Handayani, penambahan kori­dor busway hanya dilakukan untuk Koridor XI dengan rute Kam­pung Melayu-Pulogebang. Se­dang­kan pada 2012, Pemprov akan membangun Koridor XII dengan rute Tanjung Priok-Pluit.

Untuk tahun ini, direnca­nakan dua ko­ridor busway, yaitu Ko­ridor IX (Pinang Ranti-Pluit) dan Koridor X (Cililitan-Tanjung Priok) akan dioperasikan pada Desember 2010.

Kemudian dalam mengatasi kemacetan, Pemprov juga meren­canakan pelebaran jalan perintis Kemerdekaan Bermis-Pulo Ga­dung, pembangunan FO Tubagus Angke dan Bandengan, pemba­ngunan busway Koridor Kam­pung Melayu-Pulo Gebang, pem­bebasan tanah untuk MRT dan jalan tembus (missing link).

Sedangkan dalam penanganan banjir, RAPBD DKI juga me­miliki kegiatan prioritas seperti pembangunan Waduk Halim (Ta­hap II), penyelesaian genangan jalan di 73 lokasi, pembebasan tanah BKT Koridor Kering, nor­malisasi kali dan saluran, pem­bangunan pompa di Kramatjati, dan layanan pembersihan kali.

Sementara di bidang keseha­tan, terang Handayani, Pemprov DKI juga belum bisa menjabar­kan data anggaran pasti. Yang pas­ti, anggaran untuk bidang ke­se­hatan akan meningkat. Angga­ran rencananya akan digunakan un­tuk pembangunan Puskesmas rawat inap, Jaminan Pemeliha­raan Kesehatan Masyarakat K­e­luarga Miskin (JPKM Gakin) dan rehabilitasi total Puskesmas ke­camatan dan kelurahan.

Sekretaris Daerah (Sekda) Pro­vinsi DKI Jakarta Fadjar Panjai­tan mengatakan, asumsi dan ke­bijakan pokok dalam penyusu­nan RAPBD DKI 2011 didasar­kan pada beberapa hal.

Salah satunya, pertumbuhan ekonomi yang di­proyeksikan tum­buh sekitar 7 per­sen atau naik 0,8 persen dibandingkan target tahun ini sebesar 6,2 per­sen. Juga berdasarkan inflasi, di­perkirakan mencapai sekitar 5,5 persen, lebih rendah dari 2010 yang mencapai 5,75 persen.

Kemudian Belanja Daerah se­besar Rp 27,3 triliun atau naik 4,12 persen dari APBD Peruba­han 2010 yang hanya sebesar Rp 26,23 triliun. Penerimaan pem­biayaan sebesar Rp 2,43 triliun, menurun 35,21 persen dari APBD Peruba­han 2010 yang mencapai Rp 3,75 triliun.

Sedangkan Pengelua­ran Pem­bia­yaan untuk 2011 men­capai Rp 645,41 miliar, mening­kat 33,99 persen dari APBD Per­ubahan 2010 sebesar Rp 481,68 miliar.

Beberapa kebijakan belanja Pemprov DKI, rencana kenaikan gaji PNS (Pegawai Negeri Sipil) sebesar 10 persen juga akan di­masukkan dalam RAPBD 2011. Ini mengikuti kebijakan peme­rin­tah pusat, mengalokasikan ang­­garan untuk pegawai baru 3.000 orang, menyesuaikan Tun­ja­ngan Kinerja Daerah (TKD) guru, se­suai dengan golongan.

Selanjut­nya, alokasi angga­ran pendidikan lebih dari 20 persen, sesuai ama­nah UUD 1945, serta membangun infra­struktur pe­ngendali banjir dan transportasi kota.

Oknum Pemprov Bermain, Pemukim Liar Tepi Kali Marak

Pengamat perkotaan Yayat Supriatna mengingatkan, pem­bebasan lahan untuk keperluan pelebaran sungai, diperkirakan membutuhkan dana Rp 100 miliar, yang akan diambil dari APBD DKI Jakarta pada 2011.

Menurutnya, meski sungai tersebut berada di wilayah DKI Jakarta, tanggung jawab atau we­wenang pelebaran dan pem­bebasan kali makro tersebut te­tap menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum.

Menyangkut maraknya ba­ngu­nan liar di sepanjang ban­taran kali di wilayah Jakarta, me­nurut Yayat, ditengarai kare­na lemahnya pengawasan yang dilakukan pihak instansi terkait di lingkungan Pemprov DKI Jakarta. Mereka bisa memba­ngun dan tinggal di area tersebut karena ada yang memberi izin, baik oknum aparat maupun oknum lainnya.

Pemprov DKI, kata dia, ha­nya bertanggung jawab pada sungai kecil. “Pemprov DKI Jakarta hanya punya wewenang mengelola 19 kali kecil yang ada di DKI Jakarta, seperti Kali Muara Karang, Kali Cideng, dan kali-kali lainnya. Sementara untuk sungai besar, seperti Kali Sunter, menjadi kewenangan pemerintah pusat,” cetus Yayat.

Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengata­kan, anggaran tahun 2010 saja untuk menga­tasi banjir sudah mencapai sekitar Rp 1,3 triliun. Untuk itu, dia berharap agar Ranca­ngan Anggaran Penda­patan Belanja Daerah (RAPBD) 2011 bisa direncanakan de­ngan baik oleh semua perang­kat dae­rah terkait dengan per­masala­han banjir. Sehingga bisa secara efektif dampaknya dirasakan oleh masyarakat Jakarta.

“Dana itu dikucurkan lang­sung melalui sektor pe­nang­­gulangan (bencana). Ma­ka­nya jangan tanyakan itu ke saya. Saya cuma berharap dana-da­na itu bermanfaat untuk kota Ja­karta,” kata Foke, sapaan Fauzi Bowo.

Sedangkan untuk tahun 2010 ini, Foke yakin jika anggaran itu sudah digunakan untuk perbai­kan di Jakarta. Menurutnya, da­na banjir antara lain digunakan untuk pem­­bangunan Kanal Banjir Timur (KBT) dan itu di­dapat­kan dari Anggaran Pen­dapatan Belanja Negara (AP­BN). Selan­jutnya, lewat sektor Departe­men Pekerjaan Umum disalur­kan ke Balai Besar Ci­liwung-Cisadane.

“Itu mereka yang bangun. Bu­kan cuma Rp 1,3 T saja ni­lai­nya, tapi lebih dari itu, ku­rang lebih Rp 2,5 T. Hasilnya ya se­perti itu, KBT. Yang dari APBD mengeluarkan Rp 2,7 T, untuk mem­bebaskan tanahnya. Kerja­sama ini yang membawa man­faat besar untuk warga kota Jakarta. Jadi jangan salah lagi,” tegas Foke.

Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Priya Ramdhani mengatakan, sebelum APBD 2011 disahkan, sebaik­nya Pem­prov memprioritaskan apa yang harus diselesaikan. Ke­mudian meningkatkan infra­struktur yang terhambat oleh masalah yang disebabkan ka­rena banjir rutin.

“Saya menilai Pem­prov DKI sebaiknya mem­priori­taskan pe­nanganan banjir dan kema­cetan Jakarta tahun de­pan,” pinta politisi Partai Golkar itu.  [RM]
Share |

Baca juga:

Capek Deh... Jakarta Terus Macet & Banjir
Tempatkan Petugas di Semua Lampu Merah
Jakarta Butuh 1.000 Waduk
Astaga... Harga Lobang Makam Pun Di-Mark Up
BPKD Kok Bernafsu Lelang Jalan Protokol Bebas Reklame

0 komentar to Awas, Triliunan Dana Buat Banjir & Macet Menguap

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.